Objek kajian seni rupa dan desain
Semiotika penelitian objek kebudayaan material seni Oleh A.M. Susilo Pradoko. Dalam artikel yang dimuat oleh FBS Universitas Negeri Yogyakarta
Pendekatan
Penelitian semiotika dalam objek kebudayaan material seni ini akan dibagi menjadi empat bagian, yaitu pertama menguraikan kebudayaan material seni dan yang kedua uraian tentang semiotika itu sendiri, dalam tulisan ini semiotika dibatasi pada pemunculan semiotika hingga pemikiran semiotika sistem mitos dari Roland Barthes, sedangkan semiotika trikotomi dari Charles Sander Peirce tidak dikupas dalam tulisan ini. Bagian ketiga memaparkan terapan dari semiotika Roland Barthes guna penelitian objek kebudayaan material seni. Bagian keempat merupakan bahan-bahan latihan kajian analisis semiotika mitos objek kebudayaan material seni hingga objek barang komoditi masa kini.
Analisis
Bahan yang dilengkapi dengan narasi akan lebih mudah untuk mencari makna denotasi serta konotasinya, melalui sistem sekunder dan sistem primer dengan analisis wacana yang memunculkan mitos sehinga bersesuaian dengan sistem semiotik , tanda-tanda yang diekspresikannya.
Teori
Barthes mengembangkan semiotika sistem mitos untuk mengkaji fenomena kebudayaan. Ciri mitos dan fungsinya untuk memahami lingkungan alam dan diri manusia inilah yang dicoba diteorisasikan oleh Roland Barthes dengan menggunakan semiotik (Sunardi, 2004:89). Mitos sebagai kritik ideologis atas budaya massa dan sekaligus menganalisis secara semiotik cara kerja mekanik bahasa budaya massa dituliskan oleh Barthes dalam bukunya berjudul Mythologies (Sunardi, 2004:85).
Kesimpulan
Objek kebudayaan material seni adalah komponen material yang dapat dipersepsikan melalui sentuhan atau penglihatan hasil budi daya manusia untuk mencapai keindahan dan memenuhi kebutuhan hidup. Artefak biasanya dianggap sebagai benda simbolik dalam aktifitas sosial masyarakat. Barang-barang (goods) adalah objek yang diproduksi berdasarkan relasi kebutuhan pasar ditandai dengan nilai dalam sistem pertukaran. Aktan adalah terminologi akhir-akhir ini peristilahan dari sosiologi ilmiah yang merujuk.
Yang dapat diteliti dari jurnal tersebut
Menurut pendapat saya mengenai jurnal tersebut adalah di Indonesia tertuju pada objek material seni yang berhubungan dengan budaya sekitar yang menyangkut dengan artefak seni dan banyak lainnya. Sehingga kita sebagai warga Indonesia patut untuk menjunjung pada nilai- nilai keindahan artefak seni yang sudah ada pada saat ini.
Sistem Dan Kode Semiotika Dalam Sastra Suatu Proses Komunikasi oleh Ikhwanuddin Nasution. Dalam artikel yang dimuat oleh Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Pendekatan
Semiotika mempertimbangkan kode dan sekaligus memperlihatkan adanya sistem. Sistem itu bisa saja terbentuk dari sistem yang ada pada penulis dan pembaca. Hal inilah yang terkadang membuat pemahaman terhadap sebuah karya sastra menjadi tidak sama, bahkan tidak wajar.
Analisis
Teks sastra dibangun dengan konfigurasikonfigurasi pesan, gagasan, atau tema yang diungkapkan lewat tanda oleh pengarang yang akan disampaikan kepada pembacanya. Tanda itu sendiri memiliki sistem tersendiri pada setiap karya sastra, di samping itu juga dirasakan adanya kode yang turut mendorong terciptanya karya sastra tersebut. Oleh karena itu, sebuah karya sastra memiliki kekhasan tersendiri, hal inilah yang disebut memiliki tanda yang otonom. Namun sebuah karya sastra juga berperan dan berfungsi sebagai tanda komunikasi.
Teori
Menurut Freud (Darma, 1995:42) yang ditulis oleh seorang sastrawan pada dasarnya sambungan kenangan di masa kecil. Imajinasi sastrawan kembali pada masa lalunya untuk diungkapkan dalam bentuk penulisan kreatif, yang merupakan rangkaian masa lalu, kini, dan nanti. Mangunwijaya (1999:124) mengatakan bahwa proses kreatif pada dasarnya dimulai jauh pada usia sangat awal ketika masih kanak-kanak.
Kesimpulan
Sistem dan kode semiotika dalam sastra menjadi alat proses komunikasi antara pengarang, teks, dan pembaca. Salah satu sistem dan kode semiotika itu adalah yang dirancang oleh Roland Barthes yang lebih melihat unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik teks sastra itu. Unsur intrinsik dan ekstrinsik itu tidak dapat dipisahkan sama sekali untuk lebih dapat menafsirkan, memahami, dan menghayati, serta menilai sebuah karya sastra melalui pendekatan semiotika.
Yang dapat diteliti dari jurnal tersebut
Seorang sastrawan ternyata perlu untuk mengkaji karyanya dengan menggunakan metode pendekatan semiotika agar karya tulisnya dapat dipahami oleh para pembacanya dari segi intrinsik maupun ekstrinsiknya. Pembaca memulai pembacaannya dengan memahami sistem tanda dalam sebuah teks sastra dan sekaligus diiringi dengan kode-kode yang terdapat di dalamnya. Yang diinginkan adalah kesamaan persepsi antara pengarang dengan pembaca tentang kode-kode tersebut, yang tentunya didapatkan bila pembaca memiliki wawasan yang luas tentang apa yang direpresentasikan pengarang dalam karyanya. Dengan begitu komunikasi antara penulis dan pembaca dapat berjalan lancar.
Semiotika dalam periklanan oleh Sri Hesti Heriwati. Dalam artikel yang dimuat oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain Interior ISI Surakarta
Pendekatan
Komunikasi massa merupakan singkatan dari media massa komunikasi meliputi media elektronik dan cetak seperti: surat kabar, majalah, radio, dan televisi mempunyai sirkulasi siaran yang ditujukan kepada umum. Kemajuan teknologi di bidang radio dan televisi mampu menjangkau jarak yang lebih jauh dengan suara lebih baik. Televisi melalui pancaran satelit mampu menghubungkan secara visual, auditif, hidup, dan pada saat suatu peristiwa terjadi semua memberikan pengaruh. Berpijak pada kemajuan teknologi, dalam hal ini komunikasi melalui pertelevisian, akan dibahas khususnya menyangkut masalah periklanan ditinjau dari sudut pandang semiotik.
Analisis
Melalui pendekatan teori Semiotika, Iklan Layanan Masyarakat diharapkan mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, dapat ditemukan kejelasan mengenai pertimbangan- pertimbangan estetik pada periklanan dipandang dari hubungan antara tanda dan pesan.
Teori
Pada jantung strukturalisme menurut Bayu (1999:71), ada ambisi ilmiah untuk menemukan kode, aturan, sistem yang mendasari semua praktik sosial dan kebudayaan manusia. Menurut Frank (1996:17), makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Dimana ada tanda di sana ada sistem (Subakti, 1993:26). Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics), penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda (Sutanto, 2005:11-22).
Kesimpulan
Pendekatan teori Semiotika diharapkan periklanan sebagai iklan layanan masyarakat, mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian dapat ditemukan kejelasan mengenai pertimbangan-pertimbangan estetik pada periklanan sebagai iklan layanan masyarakat dipandang dari hubungan antara tanda dan pesan. Dengan pendekatan teori semiotika diharapkan dapat diketahui dasar keselarasan antara tanda verbal dengan tanda visual untuk mendukung kesatuan penampilan periklanan sebagai iklan layanan masyarakat serta mengetahui hubungan antara jumlah muatan isi pesan (verbal dan visual) dengan tingkat kreativitas pembuatan desain periklanan sebagai iklan layanan masyarakat.
Yang dapat diteliti dari jurnal tersebut
Periklanan merupakan sesuatu yang sangat memperhatikan targeting masyarakat agar pesan yang ingin disampaikan pada iklan dapat diterima baik untuk semua umur. Dengan cara menghubungkannya dengan teori Semiotika maka iklan yang akan dibuat harus memperhatikan tanda, kode maupun makna yang terkandung dengan baik agar dapat tepat dan mudah dicerna oleh masyarakat yang melihat iklan yang dibuat nantinya.
Komentar
Posting Komentar